Mendengarkan Al-Quran Dengan Baik Membuka Pintu Hidayah
Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr
Mendengarkan Al-Qur’an Dengan Baik Membuka Pintu Hidayah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 8 Jumadal Akhirah 1441 H / 02 Februari 2020 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Mendengarkan Al-Qur’an Dengan Baik Membuka Pintu Hidayah
Penulis kitab ini mengatakan, “Allah ‘Azza wa Jalla telah memberitahukan kepada kita tentang sekelompok jin yang mereka mendengarkan Al-Qur’an dengan baik dan mereka menyambut apa yang diperintahkan kepada mereka kemudian mereka kembali kepada kaum mereka dan mereka pun memberi pelajaran dari apa yang mereka dengarkan dari Al-Qur’an dengan pelajaran yang sangat baik.”
Syaikh Hafidzahullah mengatakan bahwa penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan permisalan yang sangat agung tentang penjelasan pentingnya kita mendengarkan Al-Qur’an dengan baik. Dan bagaimana mendengarkan Al-Qur’an dengan baik itu bisa membuka bagi seorang hamba -dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla- pintu hidayah dan kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Beliau menyebutkan kisah sekelompok jin yang dihadapkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar mereka mendengarkan Al-Qur’an. Dan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus untuk jin dan manusia. Adapun dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada manusia maka perkaranya jelas karena Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi kaumnya di perkumpulan-perkumpulan mereka, di rumah-rumah mereka dan mengajak mereka kepada agama Allah ‘Azza wa Jalla. Adapun jin, maka mereka adalah makhluk yang lain yang mereka bisa melihat manusia namun manusia tidak bisa melihat mereka. Oleh karena itu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus kepada jin dan manusia Allah Subhanahu wa Ta’ala menyiapkan dan memudahkan bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menyampaikan dakwahnya kepada jin.
Maka dihadapkanlah sekelompok jin yang mendengarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca Al-Qur’an dan mendengarkan ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian mereka kembali menjadi utusan dan dai dikaum mereka sebagaimana disebutkan dalam ayat.
Dan jika kita memperhatikan kejadian ini, maka kita bisa mendapati bahwasanya sekelompok jin tersebut mereka hanya mendengarkan Al-Qur’an sebentar saja. Namun mereka mendengarkan Al-Qur’an dengan baik sehingga mereka bisa mengambil manfaat dan memberi manfaat kepada yang lain. Namun yang sangat disayangkan betapa banyak manusia yang mendengarkan Al-Qur’an namun mereka tidak bisa mendengarkan dengan baik dan mereka tidak bisa merenungi dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dengan baik.
Dan sekelompok jin tersebut mereka dalam suatu majelis saja mendengarkan Al-Qur’an dengan baik sehingga amal mereka yang sangat agung disebutkan dalam Al-Qur’an dan mereka berubah menjadi para dai yang mengajak kepada Allah ‘Azza wa Jalla, mengajak kepada tauhid sebagaimana yang kita lihat dalam ayat-ayat yang disebutkan oleh penulis kitab ini Rahimahullah.
Kemudian penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا ﴿١﴾ يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ ۖ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ﴿٢﴾
“Katakanlah: ‘Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekelompok jin mengatakan, ‘kami mendengarkan Al-Qur’an yang sangat menakjubkan yang memberi petunjuk kepada hidayah, maka kami pun beriman dengannya dan kami tidak akan mempersekutukan Tuhan kami dengan sesuatu apapun.’” (QS. Al-Jin[72]: 1-2)
Sekelompok jin tersebut mereka mensifatkan Al-Qur’an dengan sifat Qur’an yang sangat menakjubkan. Yaitu menakjubkan dalam susunan-susunan kalimatnya, kesempurnaan maknanya, keagungan petunjuknya, keindahan maksud dan tujuannya, yang menakjubkan dan membuat cengang akal-akal manusia dan mengajak orang yang mendengarkannya untuk beriman dan membenarkan isi Al-Qur’an dan tunduk serta menerima apa yang dikandung oleh Al-Qur’an tersebut.
“Memberi petunjuk kepada الرُّشْدِ.” Di sini para sekelompok jin tersebut menyebutkan bahwasannya Al-Qur’an adalah petunjuk kepada الرُّشْدِ. Dan الرُّشْدِ adalah kalimat atau kata yang mencakup makna kesempurnaan ilmu dan kesempurnaan amal. Yakni Al-Qur’an ini sempurna dalam ajakannya kepada ilmu dan sempurna dalam ajakannya kepada amalan. Karena kata الرُّشْدِ kadang-kadang disebutkan bersamaan dengan kata hidayah dan huda dan kadang-kadang disebutkan sendirian seperti dalam ayat ini. Maka apabila kata الرُّشْدِ digandengkan dengan kata hidayah, maka yang dimaksud dengan hidayah adalah ilmu yang bermanfaat. Adapun yang dimaksud dengan الرُّشْدِ adalah amal shalih. Dan apabila disebutkan kata الرُّشْدِ secara sendirian maka mencakup dua hal tersebut. Yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
Kemudian sekelompok jin tersebut mengatakan, “Maka kami pun beriman dengannya.” Mereka tidak mengatakan, “Kemudian kami beriman.” Akan tetapi mereka menyebutkan dengan kata “segera” Yaitu setelah mereka mendengarkan Al-Qur’an segera mereka beriman dengan apa yang mereka dengarkan tersebut.
Kemudian mereka mengatakan, “Dan kami tidak akan mempersekutukan Tuhan kami dengan sesuatu apapun.” Ini adalah dalil yang jelas atau bukti yang kuat bahwasanya iman mereka benar-benar mantap dan terpatri dalam hati-hati mereka. Sehingga mereka menegaskan perkataan mereka dengan mengatakan, “Sekali-kali kami tidak akan mempersekutukan Tuhan kami dengan sesuatu apapun.” Karena Allah ‘Azza wa Jalla memberi petunjuk hati dengan Al-Qur’an bahkan bisa jadi manusia mencapai derajat yang sangat tinggi karena petunjuk Al-Qur’an tersebut. Dan di sini juga kita bisa mengambil faedah bahwasanya keimanan bisa mencapai puncak yang sangat tinggi dalam hati manusia dalam sekejap jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pada hati tersebut hidayah dan membuka pintu petunjuk dari petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan bisa melihat bukti-bukti yang ada dalam Al-Qur’an tersebut karena Al-Qur’an mempunyai kekuatan kekuasaan untuk hati manusia dan jin. Sekelompok jin tersebut sekedar mereka mendengarkan Al-Qur’an tiba-tiba mereka beriman dengan keimanan yang sangat kuat dalam hati mereka.
Kita bisa melihat contoh yang mirip dengan kejadian ini yaitu berimannya para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun yang jumlah mereka sangat banyak sekali. Sebagian ahli tafsir mengatakan –wallahu a’lam– jumlah mereka sebanyak 70.000. Bahkan sebagian mengatakan bahwa para tukang sihir tersebut adalah tukang sihir senior yang mereka sudah punya pengalaman panjang dalam masalah sihir. Namun ketika mereka melihat bukti yang sangat menakjubkan dan mukjizat Nabi Musa, mereka segera beriman dan tentu para tukang sihir tersebut bisa membedakan antara sihir yang benar-benar sihir dan sekedar tipuan mata.
Hakikat ini menjelaskan kepada kita bahwa para tukang sihir tersebut segera beriman padahal di awal hari -yaitu di hari raya- mereka adalah orang-orang kafir yang sangat durhaka. Namun di akhir hari tersebut mereka beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla bahkan keimanan mereka adalah keimanan yang sangat kuat. Bahkan ketika Firaun mengancam untuk membunuh mereka bahkan memotong tangan dan kaki mereka dan mensalib mereka di atas pohon kurma mereka tidak mempedulikan hal tersebut dan mereka tetap di atas keimanan mereka dan mereka berkata kepada Firaun:
فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِي هَـٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Silahkan putuskan keputusanmu, sesungguhnya kamu hanya bisa memutuskan di kehidupan dunia ini.” (QS. Tha-ha[20]: 72)
Ini menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an punya pengaruh yang sangat kuat dan hidayah serta petunjuk-petunjuk Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat kuat untuk hati-hati manusia juga para jin. Dan sesungguhnya Al-Qur’an bisa menguasai hati seseorang sehingga iman menjadi sangat kuat dalam diri-diri manusia.
Kemudian penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ ﴿٢٩﴾
“Dan ketika Kami hadapkan kepadamu sekelompok jin yang mereka mendengarkan Al-Qur’an dan ketika mereka hadir di tempat tersebut mereka mengatakan itu, ‘diamlah’ dan setelah selesai dibacakan mereka kembali kepada kaum mereka memberi peringatan.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 29)
Perkataan sekelompok jin tersebut, “Diamlah, dengarkanlah.” Ini adalah permulaan seseorang mendapatkan taufik. Yaitu dengan cara mendengarkan Al-Qur’an dengan baik.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Ketika selesai dibacakan Al-Qur’an mereka kembali kepada kaum mereka memberi peringatan.” Yaitu dari satu majelis/pengajian saja mereka kembali kepada kaum mereka memberi peringatan dan segera mereka menjadi para dai.
Mereka berkata, “Wahai kaum kami, kami mendengarkan satu kitab yang diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” Para jin tersebut mensifati Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an memberi petunjuk kepada kebenaran, kepada jalan yang lurus, maka mereka mensifati Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab hidayah, kitab petunjuk kepada kebenaran dan petunjuk kepada jalan yang lurus yang menghantarkan kepada surga yang penuh kenikmatan.
Kemudian penulis kitab ini Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
ق ۚ وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ ﴿١﴾
“Qaaf, dan Al-Qur’an yang sangat agung.” (QS. Qaf[50]: 1)
Kata “Al-Majid” adalah sifat untuk Al-Qur’an. Dan kata “Al-Majdu” dalam perkataan orang Arab artinya adalah kemuliaannya sangat luas. Adapun arti dari “Rajulun Majid (Seorang yang agung atau mulia)” adalah orang yang mempunyai banyak kebaikan. Dan Al-Majid adalah bentuk superlative dan juga artinya adalah perbuatannya sangat mulia. Karena Al-Qur’an sangat luas makna-maknanya, dalil-dalilnya, hujah-hujahnya, penjelasan-penjelasannya, kebaikan-kebaikannya, berkah-berkahnya, manfaatnya, faedahnya, semuanya sangat luas. Karena Al-Qur’an adalah kitab yang agung/mulia.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kepada kita keagungan penciptaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dari keajaiban-keajaiban ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang kematian dan mengagungkan perkara kematian, Allah menyebutkan tentang neraka dan mengagungkan perkara tersebut, juga Allah menyebutkan tentang surga dan apa yang Allah sediakan untuk para waliNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang surga:
لَهُم مَّا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ ﴿٣٥﴾
“Untuk mereka apa yang mereka inginkan di surga tersebut dan Kami mempunyai tambahan.” (QS. Qaf[50]: 35)
Kemudian Allah berfirman setelahnya:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ ﴿٣٧﴾
“Sungguhnya pada hal yang demikian itu ada peringatan bagi orang yang mempunyai hati atau mempunyai pendengaran dan ia menyaksikan.” (QS. Qaf[50]: 37)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa hanya orang yang mendengarkan Al-Qur’an dengan kedua telinganya hendaklah ia juga menyaksikan dengan hatinya apa yang dia baca dan apa yang dia dengarkan agar ia bisa mengambil manfaat dari apa yang ia baca dari Al-Qur’an dengan cara mendengarkan apa yang dia baca sendiri.
Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan dalam surat ini yang menunjukkan tentang keagungan Al-Qur’an dan menyebutkan beberapa macam dari makhlukNya yang mana Allah ‘Azza wa Jalla mengajak kepada para hamba untuk mentafakuri dan merenungkan makhluk-makhluk tersebut agar mereka mendapatkan hidayah karena tentu keagungan atau kebesaran suatu makhluk menunjukkan keagungan penciptanya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Sungguhnya pada yang demikian itu ada peringatan bagi orang yang mempunyai hati atau mempunyai pendengaran dan ia menyaksikan.” Setelah penjelasan dari ajakan agar kita merenungi makna-makna yang menghidupkan hati, Allah Ta’ala berfirman, “Sungguhnya pada yang demikian itu ada peringatan.” Akan tetapi peringatan ini bukan untuk setiap orang. Akan tetapi untuk orang yang mempunyai hati yang bisa memahami atau mempunyai pendengaran dengan mendengarkan Al-Qur’an dengan baik dan hatinya hadir ketika itu.
Penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan, Allah ‘Azza wa Jalla memberitahukan kepada kita bahwasannya orang yang mendengarkan Al-Qur’an dengan kedua telinganya hendaklah ia menghadirkan hatinya ketika ia membaca Al-Qur’an juga ketika ia mendengarkan Al-Qur’an agar ia bisa mengambil manfaat dari apa yang ia baca dan mengambil manfaat ketika mendengar orang membaca Al-Qur’an. Contohnya adalah perkataan sahabat Handzalah al-Asadi Radhiyallahu ‘Anhu ketika menyebutkan tentang keadaan ini beliau mengatakan, “Kami ketika bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan kami tentang neraka dan surga seakan-akan kami melihat surga dan neraka tersebut dengan mata kepala kami.” Yaitu seakan-akan mereka betul-betul melihat surga dan neraka itu dengan mata mereka. Dan ini adalah penglihatan dengan hati.
Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-29:00
Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Mendengarkan Al-Qur’an Dengan Baik Membuka Pintu Hidayah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48166-mendengarkan-al-quran-dengan-baik-membuka-pintu-hidayah/